Equity World | Wall Street Ditutup Lebih Tinggi, Respons Isyarat Kenaikan Suku Bunga The Fed12/30/2022 Equity World | Wall Street Ditutup Lebih Tinggi, Respons Isyarat Kenaikan Suku Bunga The Fed
Equity World | Indeks utama bursa Amerika Serikat (AS) Wall Street ditutup lebih tinggi pada perdagangan Kamis, (29/12). Hal ini dipengaruhi data pengangguran AS yang mengisyaratkan kenaikan suku bunga The Fed yang mungkin akan mulai melandai atau tidak seagresif tahun ini untuk melawan inflasi. Equity World | Sambut Pergantian Tahun, Wall Street Hijau Kuat Nih Dikutip dari Reuters, Jumat (30/12), indeks Dow naik 345,09 poin, atau 1,05 persen menjadi 33.220,8, S&P 500 (.SPX) naik 66,06 poin, atau 1,75 persen pada 3.849,28, dan Nasdaq Composite (.IXIC) bertambah 264,80 poin, atau 2,59 persen jadi 10.478,09. Indeks S&P 500 membukukan satu level tertinggi baru dalam 52 minggu dan tidak ada level terendah baru, sementara Nasdaq Composite mencatat 75 tertinggi baru dan 160 terendah baru. "Tekanan penjualan telah membanjiri pasar baru-baru ini dan kita bisa istirahat. Itu memungkinkan ruang bagi saham untuk bergerak, dan dengan volume yang lebih rendah (itu) dapat terwujud menjadi hari yang cukup baik," kata Manajer Portofolio di GLOBALT Investments, Keith Buchanan, di Atlanta, dikutip dari Reuters, Jumat (30/12). Kenaikan suku bunga agresif The Fed telah memukul ekuitas tahun ini, dengan benchmark S&P 500 (.SPX) turun 19,3 persen dan Nasdaq yang padat teknologi jatuh hampir 33 persen. Adapun pasar memang tengah mendorong lebih tinggi di Kamis (29/12) pagi, setelah Departemen Tenaga Kerja melaporkan peningkatan klaim pengangguran dari minggu lalu, di tengah upaya The Fed untuk mendinginkan ekonomi dan khususnya pasar tenaga kerja. Pengajuan pertama kali untuk tunjangan pengangguran berjumlah 225.000 untuk pekan yang berakhir 24 Desember 2022. Itu adalah peningkatan 9.000 dari minggu sebelumnya dan sedikit di atas perkiraan 223.000 dari Dow Jones.
0 Comments
Equity World | Wall Street Menguat Tipis, Investor Menimbang Lonjakan Kasus Covid di China12/29/2022 Equity World | Wall Street Menguat Tipis, Investor Menimbang Lonjakan Kasus Covid di China
Equity World | JAKARTA. Wall Street menguat tipis di tengah pekan ini saat pasar saham cenderung sepi di antara perayaan Natal dan menyambut akhir pekan tahun baru. Investor menimbang pelonggaran pembatasan pandemi oleh China terhadap lonjakan kasus Covid-19. Equity World | Pasar Saham Asia-Pasifik Diperdagangkan Lebih Rendah Rabu (28/12) pukul 21.32 WIB, Dow Jones Industrial Average menguat 0,13% ke 33.286. Indeks S&P 500 menguat 0,09% ke 3.832. Sedangkan Nasdaq Composite menguat tipis 0,07% ke 10.360. China mulai menghapus pembatasan Covid yang ketat bulan ini. Pembalikan kebijakan dari zero Covid menjadi pembukaan besar-besaran menyebabkan pasar bersorak girang karena potensi pertumbuhan ekonomi di negara dengan ekonomi terbesar kedua dunia ini. China mengumumkan akan mencabut aturan karantina untuk pelancong yang masuk mulai bulan depan, tepatnya 8 Januari. Langkah tersebut awalnya membawa keceriaan ke pasar di tengah harapan pemulihan ekonomi China yang dihantam Covid, tetapi lonjakan kasus baru telah mengurangi optimisme pasar. "Jika kisah pembukaan kembali China positif untuk harga minyak dan komoditas, itu adalah kabar buruk bagi inflasi global," kata Ipek Ozkardeskaya, analis senior di Swissquote Bank kepada Reuters. Dia mengatakan bahwa lonjakan permintaan China pasti akan mendorong inflasi melalui harga energi dan komoditas yang lebih tinggi. Dalam menanggapi inflasi yang lebih tinggi, bank sentral dunia akan terus menaikkan suku bunga. Fokus pasar saham kini bergeser ke tahun 2023 dan prospek pendapatan perusahaan. Tahun ini, pasar saham cenderung tertekan di tengah kekhawatiran resesi dari laju kenaikan suku bunga tercepat oleh Federal Reserve sejak awal 1980-an. Benchmark S&P 500 dan Nasdaq masing-masing turun 19,7% dan 33,8%, sejauh ini pada tahun 2022. Indeks saham bersiap untuk penurunan tahunan terbesar sejak krisis keuangan tahun 2008. S&P 500 dan Nasdaq berakhir lebih rendah pada hari Selasa (27/12) karena saham-saham pertumbuhan menanggung beban kecemasan investor atas berapa lama Fed akan terus menaikkan suku bunga untuk menjinakkan inflasi tinggi. Pasar sekarang memperkirakan peluang 65% dari kenaikan suku bunga 25 basis points pada pertemuan Februari bank sentral AS. Pasar memperkirakan puncak suku bunga pada akhir periode kenaikan mencapai 4,94% pada paruh pertama tahun depan. Harga saham Tesla naik hampir 3% pada praperdagangan. Kenaikan harga saham produsen mobil listrik ini membalikkan penurunan di hari sebelumnya. Saham Tesla mencapai harga terendah dalam lebih dari dua tahun di sesi sebelumnya atas kekhawatiran permintaan di China. Harga saham Southwest Airlines Co tergelincir 0,7% karena maskapai itu mendapat kecaman dari pemerintah AS pada hari Selasa setelah membatalkan ribuan penerbangan. Equity World | Pasca Libur Natal, Wall Street Bergerak Bak Roller Coaster
Equity World | Jakarta, Pasca libur merayakan Natal, perdagangan saham di Bursa New York kembali dibuka pada Selasa (27/12/2022). Saat pembukaan, indeks saham acuan Wall Street cenderung variatif. Equity World | Investor Menimbang Prospek Ekonomi 2023, Saham Asia-Pasifik Turun S&P 500 dibuka datar pada hari Selasa saat hari perdagangan terakhir tahun 2022 dimulai. Investor mempertimbangkan apakah reli Sinterklas akan muncul dan mengangkat pasar yang terbebani oleh kekhawatiran resesi. Dow Jones Industrial Average terakhir diperdagangkan 20 poin lebih tinggi, atau 0,05%. S&P 500 diperdagangkan datar, sedangkan Nasdaq Composite turun 0,3%. Tercatat pada 10:50 waktu setempat, DJI masih menghijau 0,34% setelah sempat dibuka merah, S&P 500 masih terkoreksi tipis 0,02%, dan Nasdaq terkoreksi semakin parah 0,68%. Saham terkait China naik sebelum pasar karena negara itu melonggarkan pembatasan Covid. Tesla merosot karena berita jeda produksi yang diperpanjang, sementara Southwest turun 4% karena maskapai membatalkan ribuan penerbangan. Saham menuju kinerja tahunan terburuk sejak 2008. Pada bulan Desember, S&P 500 turun sekitar 5,8%, sementara Dow dan Nasdaq masing-masing turun sekitar 4% dan 8,5%. Ini adalah penurunan bulanan terbesar sejak September. Setelah tahun yang brutal diliputi oleh ketakutan inflasi dan resesi, investor berharap untuk mengakhiri tahun 2022 dengan catatan positif. Jumat memulai periode reli Sinterklas, yang biasanya dianggap sebagai rentang perdagangan lima hari terakhir di tahun ini, serta dua hari perdagangan pertama di tahun baru. Namun apabila berkaca secara historis, kinerja bulanan pasar saham AS memiliki pola yang mirip dengan bursa domestik. Sejak berdiri hampir 1 abad silam, pergerakan indeks acuan saham AS terutama S&P 500 membentuk satu pola musiman. Terhitung sejak 1928-2021, atau dalam kurun waktu 94 tahun terakhir, S&P 500 tercatat membukukan kinerja bulanan yang positif sebanyak 69x dan melemah 25x pada Desember. Artinya secara probabilitas historis, S&P 500 memiliki peluang menguat sebesar 73%. Peluang kinerja bulanan yang positif di Desember merupakan yang paling tinggi jika dibanding bulan lainnya. Pasar ditutup pada hari Senin untuk liburan Natal, tetapi dalam minggu perdagangan yang dipersingkat ini, investor mengharapkan volatilitas yang relatif tenang atau lebih lanjut karena volume perdagangan yang rendah. Equity World | Suasana Liburan Bakal Bikin IHSG "Tak Lari Kemana-mana"
Equity World | Jakarta, Pasca libur Hari Raya Natal pergerakan harga aset keuangan dalam negeri cukup variatif. Saham mengalami apresiasi, obligasi pemerintah stagnan, tetapi rupiah melemah. Equity World | Meski Minim Sentimen, Bursa Asia Tetap Bergairah Transaksi di pasar saham tergolong sepi. Nilai transaksi di pasar saham awal pekan ini, Senin (26/12/2022) hanya sebesar Rp 6,4 triliun. Ini menjadi transaksi terendah di sepanjang bulan Desember. Namun kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mampu ditutup positif dengan penguatan 0,52% di 6.835,81 kemarin. IHSG mampu ditutup menguat kendati sepi transaksi dan asing masih net sell. Di pasar reguler, asing jual bersih senilai hampir Rp 205 miliar. Memang tidak banyak bursa saham Asia yang buka mengingat momentum Natal masih kental sehingga perdagangan pun libur. Di kawasan Asia Tenggara, hanya bursa Indonesia, Thailand dan Vietnam yang buka. Jika dibandingkan dengan kinerja indeks saham acuan Bursa tersebut, IHSG berhasil menyabet juara I. Meskipun IHSG menguat, tetapi mayoritas saham justru terkoreksi. Statistik perdagangan mencatat ada 271 saham yang melemah, 231 menguat dan 203 saham stagnan kemarin. Berbeda dengan pasar saham yang mengalami apresiasi, pasar Surat Berharga Negara (SBN) cenderung stagnan. Imbal hasil (yield) SBN berbagai tenor baik menengah maupun panjang tak banyak berubah. Untuk yield SBN acuan tenor 10 tahun ditutup turun tipis 1,3 basis poin (bps) menjadi 6,91% kemarin. Sementara yield SBN 5 tahun cenderung stagnan di 6,19% di saat yang sama. Yield dalam konteks investasi di instrument pendapatan tetap merupakan salah satu indikator penting yang menjadi cerminan seberapa menarik valuasi suatu obligasi. Kenaikan yield biasanya mencerminkan peningkatan risiko dari suatu instrumen pendapatan tetap. Hubungan yield dan harga suatu obligasi juga berbanding terbalik. Ketika yield naik, berarti harga turun, begitu juga sebaliknya. Oleh sebab itu, yield yang cenderung stagnan menunjukkan bahwa harga obligasi negara cenderung tak bergerak ke mana-mana. Nasib apes justru harus dialami oleh nilai tukar rupiah. Di pasar spot, rupiah harus kembali bertekuk lutut di hadapan dolar AS. Nilai tukar rupiah ditutup melemah 0,26% terhadap greenback dan ditutup di Rp 15.630/US$ kemarin. Tak banyak yang bisa diharapkan dari perdagangan di awal pekan ini karena fokus pelaku pasar masih pada liburan. Equity World | Harga Emas Diprediksi Naik Tahun Depan, Bisa Tembus Level Ini
Equity World | Jakarta - Emas bisa jadi pilihan instrumen investasi lantaran minim risiko. Di tengah geopolitik dan kondisi ekonomi yang mengalami ketidakpastian, investasi emas masih menjanjikan. Equity World | Hore, IHSG Dibuka Menguat 0,12% Hal itu terlihat dari harga emas saat ini yang nilainya mengalami kenaikan dibanding awal 2022. Meskipun posisinya saat ini bukan merupakan rekor tertinggi. Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan emas semakin banyak diminati tahun depan karena ketidakpastian ekonomi global masih tinggi. Harga emas logam mulia saat ini di level Rp 1 jutaan dan diprediksi kembali cetak rekor pada 2023. "Permintaan untuk emas di 2023 kemungkinan besar akan sedikit lebih baik di 2022 sehingga ada kemungkinan besar logam mulia akan di atas 1 juta itu mungkin akan terjadi di kuartal III-2023," kata Ibrahim kepada detikcom, Minggu (25/12/2022). Ibrahim memprediksi pada awal 2023 kemungkinan harga emas masih fluktuatif dan meninggalkan level Rp 1 juta untuk sementara. Nah, saat-saat ini lah dinilai waktu yang tepat untuk membeli atau berinvestasi emas. "Ini kesempatan bagi masyarakat untuk melakukan pembelian, mengoleksi untuk safe haven karena ada kemungkinan besar di 2023-2024 akan mencapai level tertingginya seperti tahun-tahun sebelumnya," bebernya. Ibrahim menyarankan agar membeli emas dengan uang menganggur. Dengan begitu investasi emas ini bersifat jangka panjang dan baru dijual beberapa tahun mendatang. "Melakukan investasi logam mulia dengan uang nganggur sehingga tidak ada kepikiran untuk menjual. Pada saat harga di Rp 1,3 juta (per gram) itu lah kesempatan (menjual). Bisa saja Rp 1,3 juta akan terjadi di 2024," imbuhnya. Dihubungi terpisah, Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra mengatakan harga emas memiliki karakteristik menguat ketika situasi ekonomi global bergejolak dan cenderung stabil atau menurun ketika ekonomi global sedang bagus. "Jadi ketika situasi ekonomi bagus, ini saat yang tepat untuk membeli emas dan bisa dijual ketika harga emas naik tinggi saat ekonomi global mengalami krisis," ujarnya. Dengan adanya risiko resesi global tahun depan, saat ini dinilai waktu yang tepat untuk mulai berinvestasi emas. Sama seperti Ibrahim, Ariston juga menyarankan agar emas disimpan atau diinvestasikan dalam jangka waktu panjang. "Pembelian tidak sekaligus, bisa bertahap saat harga emas koreksi," sarannya. |
AuthorPT. Equityworld Futures merupakan salah satu anggota Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) yang resmi berdiri pada tahun 2005. |