Equity World | Wall Street Anjlok, Bursa Asia-Pasifik Memerah, Pagi Ini Rabu (31/08)
Equity World | Wall Street Anjlok, Bursa Asia-Pasifik akan jatuh pada perdagangan Rabu (31/08) menyusul petunjuk negatif dari Wall Street, dan karena investor menantikan rilis data aktivitas pabrik China. Equity World | Investor Saham RI Bisa Tidur Nenyak, Wall Street Mulai Nanjak Kontrak berjangka Nikkei di Chicago dan mitranya di Osaka sama-sama berada di 27.920, lebih rendah dibandingkan dengan penutupan Selasa Nikkei 225 di 28.195,58. Di Australia, SPI berjangka berada di 6.860, lebih rendah dari penutupan terakhir S&P/ASX 200 di 6998,3. Analis dalam jajak pendapat Reuters memperkirakan Indeks Manajer Pembelian manufaktur resmi China untuk Agustus akan berada di 49,2. PMI pada bulan Juli adalah 49. Pembacaan PMI berurutan dan mewakili ekspansi atau kontraksi dari bulan ke bulan. Tanda 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi. Semalam di Wall Street, indeks saham utama jatuh untuk sesi ketiga berturut-turut. S&P 500 turun 1,1% menjadi 3.986,16, jatuh di bawah level 4.000 untuk pertama kalinya sejak Juli. Nasdaq Composite turun 1,1%, menjadi ditutup pada 11.883,14, dan Dow Jones Industrial Average turun 308,12 poin, atau hampir 1%, menjadi 31.790,87. “Pasar ekuitas terus dipengaruhi oleh ekspektasi bahwa bank sentral akan tetap pada akselerator dalam hal kenaikan suku bunga,” tulis Brian Martin dan Daniel Hynes dari ANZ Research dalam sebuah catatan Rabu.
0 Comments
Equity World | Pernyataan Agresif The Fed Runtuhkan Bursa Saham Asia
Equity World | Bursa saham Asia membuka perdagangan pekan ini, Senin (29/8/2022), dengan berkubang di zona merah. Penegasan terkait masih akan diberlakukannya suku bunga ketat di AS sampai inflasi AS benar-benar melandai, direspon negatif oleh pasar. Equity World | Wall Street Melanjutkan Penurunan, Investor Menimbang Pernyataan The Fed Penegasan tersebut disampaikan oleh Gubernur Federal Reserves (The Fed), Jerome Powell, dalam pertemuan tahunan, di Jackson Hole Economic Symposium, Jumat (26/8/2022) lalu. Praktis, sejumlah indeks saham Asia seperti Nikkei dan Hang Seng seketika melemah signifikan akibat ramainya aksi jual. Sebagaimana dilansir Reuters pada Senin (29/8/2022), indeks Nikkei Jepang turun sebesar 2,76 persen menjadi 27.851, setelah sebelumnya tutup di angka 28.641. Sedangkan indeks saham Taiwan, yaitu Taiwan TSEC 50, melemah sebesar 2,31 persen, dan berada di level 15.927. Sementara indeks saham China, Shanghai SE, turun tipis sebesar 0,3 persen, dan berada di level 3.225. lalu indeks saham Hang Seng Hongkong juga merosot sebesar 0,96 persen menjadi 19.973. Senasib, indeks MSCI dari saham Asia Pasifik juga turun sebesar 1,9 persen, sementara Korea Selatan turun sekitar 2,3 persen. Tak terkecuali saham blue chips China turut kehilangan 0,6 persen. Tren penurunan ini disebabkan oleh para investor yang merespon komentar Ketua Federal Reserve, Jerome Powell pada simposium, yang akan menaikkan suku bunga lebih tinggi demi menekan inflasi ke titik terendah. "Pengambilan utama adalah menjinakkan inflasi adalah pekerjaan nomor satu untuk The Fed dan Funds Rate perlu mencapai tingkat pembatasan 3,5 persen hingga empat persen," ujar Manajer Portofolio Obligasi Global di Janus Henderson Investors, Jason England, sebagaimana dilansir Reuters, Senin (29/8/2022). Berbanding terbalik dengan bursa saham, pernyataan The Fed justru memantik penguatan terhadap nilai tukar dolar AS. Terhadap Yen Jepang, misalnya, dolar AS menguat 0,7 persen menuju puncak lima minggu terakhir di angka 138,58. Sedangkan terhadap Euro, nilai tukar dolar AS tertahan di level US$0,99927, menguat tipis dari posisi dua minggu lalu, di level US$0,99005 per euro. Sementara, penguatan terbesar terjadi terhadap poundsterling, di mana mata uang tersebut justru merosot ke level terendah di angka US$1,1656. (TSA) Equity World | Bursa Asia Melemah Pascasimposium the Federal Reserve
Equity World | Bursa Asia-Pasifik diperdagangkan lebih rendah pada hari Senin (29/8/2022) menyusul pidato Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole pada hari Jumat. Dia memperingatkan bahwa kenaikan suku bunga akan "menyakitkan" untuk ekonomi AS, dengan mengatakan suku bunga yang lebih tinggi kemungkinan akan bertahan "untuk beberapa waktu." Equity World | Pasar Asia Turun Menyusul Pidato Gubernur Fed Nikkei 225 di Jepang tergelincir 2,57% dan indeks Topix turun 2,09%. Kospi Korea Selatan turun 2,4% dan indeks Kosdaq turun 3,14%. Di Australia, S&P/ASX 200 turun 2%. Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,9%, sementara yen Jepang diperdagangkan pada 138,27 per dolar. Pada hari Jumat di AS, Dow Jones Industrial Average anjlok 1.008 poin, atau 3,03% menjadi 32.283,40. S&P 500 turun 3,37% menjadi 4.057,66 dan Nasdaq Composite turun 3,94% menjadi 12.141,71. “Sementara suku bunga yang lebih tinggi, pertumbuhan yang lebih lambat, dan kondisi pasar tenaga kerja yang lebih lemah akan menurunkan inflasi, hal itu juga akan membawa penderitaan bagi rumah tangga dan bisnis,” kata Powell. “Ini adalah biaya yang tidak menguntungkan untuk mengurangi inflasi. Tetapi kegagalan untuk memulihkan stabilitas harga akan berarti penderitaan yang jauh lebih besar.” Dia mengatakan keputusan The Fed pada bulan September "akan tergantung pada totalitas data yang masuk dan prospek yang berkembang." Equity World | Jelang Pidato Powell Malam Ini, Akankah IHSG Balik Menguat?
Equity World | Pasar keuangan Indonesia pada perdagangan Selasa (23/8/2022) secara mayoritas ditutup positif, di mana hanya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang ditutup di zona merah, sedangkan rupiah dan harga obligasi pemerintah RI ditutup menguat. Equity World | Jelang Pidato Powell, Wall Street Dibuka Cerah! Menurut data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks bursa saham acuan Tanah Air tersebut ditutup melemah 0,28% ke posisi 7.174,208. IHSG sempat menyentuh zona psikologisnya di 7.200 atau tepatnya di posisi 7.210,16 pada awal perdagangan sesi I kemarin. Posisi ini juga menjadi level tertingginya kemarin. Namun, IHSG gagal bertahan di zona tersebut. Pada awal perdagangan sesi I kemarin, IHSG dibuka naik tipis 0,01% di posisi 7.195,36. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG cenderung 'galau' dan pada akhirnya berbalik melemah hingga akhir perdagangan. Nilai transaksi indeks pada perdagangan kemarin mencapai sekitaran Rp 13 triliun dengan melibatkan 31 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 1,2 juta kali. Sebanyak 222 saham naik, 290 saham turun, dan 186 saham lainnya stagnan. Investor asing mulai melakukan aksi jual bersih (net sell) sebesar Rp 656,12 miliar di seluruh pasar, dengan rincian sebesar Rp 536,23 miliar di pasar reguler dan sebesar Rp 119,89 miliar di pasar tunai dan negosiasi. Di Asia-Pasifik, secara mayoritas mengalami penguatan. Hanya indeks BSE Sensex India dan IHSG yang ditutup di zona merah pada perdagangan kemarin Dari indeks Asia-Pasifik yang mengalami penguatan, indeks Hang Seng Hong Kong memimpin dengan melejit 3,63%. Kemudian disusul indeks KLCI Malaysia yang melonjak 1,92%. Sedangkan untuk mata uang rupiah, pada perdagangan Kamis kemarin berhasil ditutup menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Melansir data Refinitiv, begitu perdagangan dibuka, rupiah langsung menguat 0,17% dan sempat bertambah hingga 0,24% ke Rp 14.810/US$. Penguatan rupiah kemudian terpangkas hingga tersisa 0,07% saja, sebelum berakhir di Rp 14.820/US$, sama dengan level pembukaan perdagangan. Secara mayoritas, mata uang Asia-Pasifik juga menguat. Hanya rupee India saja yang mampu tak mampu melawan sang greenback. Dolar Australia menjadi yang paling besar penguatannya di hadapan sang greenback kemarin. Sementara di pasar surat berharga negara (SBN) pada perdagangan kemarin, secara mayoritas mengalami kenaikan harga dan penurunan imbal hasil (yield), menandakan bahwa investor ramai memburunya. Hanya SBN tenor 1 hingga 5 tahun yang masih cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield dan melemahnya harga. Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 1 tahun menanjak signifikan sebesar 21,6 basis poin (bp) ke posisi 4,635%. Sedangkan yield SBN bertenor 3 tahun juga menguat signifikan 10,4 bp ke 6,068%, dan yield SBN berjangka waktu 5 tahun naik 0,9 bp ke 6,613%. Sementara itu, yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) negara turun 0,5 bp ke posisi 7,061%. Yield berlawanan arah dari harga, sehingga turunnya yield menunjukkan harga obligasi yang sedang menguat, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. IHSG yang terkoreksi sepertinya disebabkan karena investor mulai merealisasikan keuntungannya, setelah selama dua hari beruntun mengalami penguatan. Seperti diketahui, pada Selasa lalu, Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin (bp) menjadi 3,75%. Banyak yang memprediksi Gubernur Perry Warjiyo dan kolega tidak akan agresif. Kepala Ekonom Bank Mandiri, Andry Asmoro dalam catatannya, Selasa lalu, mengatakan bahwa BI masih berpeluang menaikkan suku bunga sebanyak 50 bp lagi. "Secara keseluruhan, kami melihat BI masih memiliki ruang untuk menaikkan BI-7DRRR hingga 50 bp (maksimal 4,25%) di sisa tahun 2022," paparnya. Hal senada diungkapkan oleh ekonom Mirae Asset Sekuritas, Rully Arya Wisnubroto, yang memandang siklus pengetatan kebijakan moneter akan berlanjut dengan kenaikan suku bunga BI lanjutan. Dia memperkirakan suku bunga BI bisa kembali naik 25 bp menjadi 4,0%, berdasarkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi. "Kami percaya dua kenaikan suku bunga kebijakan tahun ini akan cukup untuk mengelola inflasi sambil mempertahankan pemulihan ekonomi pada saat yang sama," ujarnya. Sementara itu, kepala ekonom Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro melihat BI akan lebih agresif. "Perubahan cepat ini, dalam pandangan kami, berarti BI mungkin mengetahui sesuatu yang tidak diketahui pasar, khususnya terkait dengan kebijakan pemerintah yang mendorong inflasi, dengan pembuat kebijakan moneter-fiskal di sini terkenal dengan koordinasi mereka yang ketat," kata Satria. Dia memandang sinyal penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite ini mungkin sangat curam, sesuatu yang mungkin tidak sepenuhnya diperhitungkan oleh BI dan pasar. Untuk menopang ekspektasi inflasi secara efektif, Satria menilai pengetatan moneter apapun harus dipercepat. "Kami sekarang mengharapkan kenaikan suku bunga 75 bp lebih lanjut, yakni kenaikan 50-bp pada pertemuan moneter berikutnya setelah penyesuaian harga bahan bakar (kemungkinan bulan depan) diikuti oleh 25 bp lagi pada Oktober atau November, sehingga membuat BI rate akhir tahun menjadi 4,50%," katanya. Equity World | Mayoritas Bursa Asia Loyo, Kecuali RI & Korea
Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup di zona merah pada perdagangan Rabu (24/8/2022), di mana investor masih mencerna komentar hawkish dari pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS). Equity World | Wall Street Rebound Nih, IHSG Bakal Menguat Lagi? Indeks ASX 200 Australia, KOSPI Korea Selatan, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di zona hijau pada hari ini. Indeks ASX 200 Australia ditutup menguat 0,52% ke posisi 6.998,1, KOSPI bertambah 0,5% ke 2.447,45, dan IHSG terapresiasi 0,44% menjadi 7.194,71. Sedangkan sisanya ditutup di zona merah. Indeks Nikkei Jepang ditutup melemah 0,49% ke posisi 28.313,47, Hang Seng Hong Kong ambles 1,2% ke 19.268,74, Shanghai Composite China anjlok 1,86% ke 3.215,2, dan Straits Times Singapura terkoreksi 0,39% menjadi 3.233,48. Investor di kawasan Asia-Pasifik juga masih mencerna komentar hawkish dari pejabat bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) beberapa waktu lalu. Menurut Presiden The Fed Minneapolis, Neel Kashkari, The Fed berkomitmen untuk meredam inflasi dengan mengetatkan kebijakan moneter dan menyebutkan ketakutannya bahwa tekanan inflasi diabaikan oleh pasar. "Ketakutan besar yang ada di benak saya adalah jika kita salah dan pasar salah, dan bahwa inflasi ini jauh lebih tertanam pada tingkat yang jauh lebih tinggi daripada yang kita hargai atau hargai pasar," kata Kashkari. Komentar tersebut membuat pasar bersiap untuk pernyataan The Fed yang lebih agresif lagi dari Ketua The Fed, Jerome Powell pada Jumat waktu AS di Jackson Hole, Wyoming. Di lain sisi, Saat ini, prediksi pasar cenderung terbelah, di mana ada yang memperkirakan The Fed akan menaikkan kembali suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin (bp), ada juga yang memperkirakan kenaikan 75 bp. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, peluang kenaikan suku bunga acuan AS sebesar 50 bp ke 2,75-3% adalah 58,5%. Sementara kemungkinan kenaikan 75 bp adalah 41,5%. Selain dari sikap hawkish The Fed, beberapa data ekonomi yang dirilis di beberapa negara juga terpantau kembali melambat, menyebabkan pelaku pasar semakin khawatir. "Pergerakan pasar baru-baru ini disebabkan oleh kombinasi dari The Fed dan bank sentral yang berpegang teguh pada mandat inflasi mereka, serta pada saat yang sama indikator ekonomi terbaru menunjukkan tanda-tanda pelemahan tidak hanya di Eropa, tetapi juga di AS dan juga di Jepang," kata Tai Hui, kepala strategi pasar untuk Asia di JPMorgan Asset Management. Sementara itu dari AS, Kontrak berjangka (futures) indeks bursa AS diperdagangkan lebih rendah di pra-pembukaan perdagangan hari ini, di mana investor bersiap untuk pelemahan yang lebih tajam menjelang pernyataan Powell. |
AuthorPT. Equityworld Futures merupakan salah satu anggota Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) yang resmi berdiri pada tahun 2005. |