Equity World | Amerika Terancam Resesi, Harga Emas Naik
Equity World | Harga emas merangkak naik menyusul memburuknya data perekonomian Amerika Serikat (AS). Pada perdagangan Kamis (30/6/2022) pukul 06:18 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.817,84 per troy ons. Menguat tipis 0,04%. Equity World | Wall Street Sudah Ijo Royo-royo, Kabar Baik Buat IHSG? Menguatnya harga emas pagi ini menjadi kabar baik setelah sang logam mulia ambruk selama tiga hari beruntun. Pada perdagangan kemarin, harga emas turun 0,14% ke posisi US$ 1.817,11 per troy ons. Dalam sepekan, harga emas sudah melemah 0,3% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas juga menyusut 2,1% sementara dalam setahun masih menguat 2,7%. David Meger, Analis High Ridge Futures, mengatakan penguatan emas dibantu kabar buruk pertumbuhan ekonomi AS. AS, Rabu (29/6/2022), mengumumkan revisi pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Negeri Paman Sam terkontraksi 1,6% secara kuartalan yang disetahunkan (annualized) pada kuartal I-2022, lebih buruk dibandingkan ekspektasi pasar yakni 1,5%. Kontraksi tersebut juga berbanding terbalik dengan pertumbuhan 6,9% pada kuartal IV-2021. "Pelemahan ekonomi semakin memicu kekhawatiran mengenai ancaman resesi ke depan. Kekhawatiran tersebut mendorong pergerakan harga emas," tutur Meger, seperti dikutip Reuters. Namun, dia mengingatkan bahwa harga emas juga masih akan dipengaruhi oleh kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) dalam memerangi inflasi. The Fed sudah berkomitmen untuk membawa inflasi ke level 2% dan tidak akan ragu untuk menerapkan kebijakan yang agresif. "Emas masih dalam situasi Tarik ulur karena besarnya komitmen Fed untuk memerangi inflasi," ujar Meger. Emas merupakan aset lindung nilai saat inflasi tinggi. Namun, kenaikan suku bunga acuan the Fed untuk memerangi inflasi membuat harga emas terus tertekan dalam dua bulan terakhir. Sejak The Fed mengambil kebijakan agresif pada Mei lalu, harga emas amblas dari level US$ 1.880 per troy ons pada awal Mei ke level US$ 1.810-1.820 per troy ons pada akhir Juni. Larangan impor emas dari Rusia yang akan dilakukan kelompok G7 semula diharapkan bisa mendongrak harga emas. Namun, emas nyaris tidak bergerak setelah kebijakan larangan impor tersebut diumumkan. "Masih menarik dicermati apakah larangan impor akan berdampak kepada logam mulia seperti emas," tutur analis UBS Joni Teves.
0 Comments
Equity World | Wall Street Bangkit Lagi, Siap Keluar dari Tren Bearish?
Equity World | Bursa saham Amerika Serikat (AS) dibuka menguat pada perdagangan hari Selasa (28/6/2022) pagi waktu New York, setelah hari sebelumnya ditutup melemah karena pasar gagal menjaga momentum reli saham akhir pekan lalu di tengah tren bearish yang sedang berlangsung. Equity World | Emasku Sayang, Emasku Malang... Indeks yang berisi perusahaan blue-chip AS Dow Jones Industrial Average (DJIA) naik 1,3% di awal perdagangan. Dua indeks Wall Street lainnya juga bergerak positif dengan S&P 500 naik 1,2% dan indeks padat teknologi Nasdaq menguat 0,9%. Pergerakan tersebut mengikuti penurunan kecil di Wall Street pada perdagangan hari sebelumnya. Investor masih mencari posisi dasar pasar dan berharap reli minggu lalu dapat bertahan, meskipun tampaknya tidak ada katalis yang jelas untuk Wall Street mengalami rebound yang berarti. "Salah satu panggilan yang lebih sulit dalam bisnis ini adalah mengevaluasi perbedaan antara rebound di pasar bearish vs awal kenaikan yang lebih tahan lama," tulis Chris Verrone, analis teknis di Strategas, dilansir CNCBC International. "Rebound baru-baru ini sebesar +8% selama 4 hari perdagangan terakhir, sangat mengesankan di permukaan." Tetapi karena tidak adanya pendorong utama, rebound tersebut menurut Verrone belum memberikan sinyal penguatan tahan lama dan jangka panjang. Pada Selasa, China melonggarkan pembatasan Covid-nya bagi pelancong yang datang dan memotong waktu karantina pada saat kedatangan menjadi tujuh hari atau berkurang setengahnya. Kebijakan tersebut memberi dorongan pada saham perjalanan dan kasino. Wynn Resorts dan Las Vegas Sands masing-masing naik lebih dari 7%. American, United dan Delta Air Lines semuanya menguat lebih dari 1%. Beberapa bank besar menaikkan dividen mereka sebagai tanggapan atas keberhasilan menyelesaikan stress test Federal Reserve tahun ini, termasuk Bank of America, Morgan Stanley dan Goldman Sachs. Sementara itu, JPMorgan dan Citigroup, mengatakan persyaratan modal yang semakin ketat memaksa mereka untuk tidak mengubah dividen mereka. Saham Morgan Stanley naik hampir 4% di sesi awal perdagangan. Investor masih akan terus memantau lebih banyak data yang akan dipublikasikan pada hari Selasa termasuk indeks kepercayaan konsumen Juni untuk mengukur kesehatan ekonomi AS. Kekhawatiran resesi telah meningkat akhir-akhir ini karena The Fed mencoba memerangi lonjakan inflasi dengan kenaikan suku bunga secara agresif. Saham Nike bergerak di zona merah dalam perdagangan pra-pasar bahkan setelah perusahaan pakaian dan peralatan olahraga itu melampaui pendapatan dan ekspektasi laba Wall Street di tengah penguncian Covid di China dan iklim ekonomi yang lebih keras bagi konsumen di AS. Meskipun sempat melambung minggu lalu, S&P 500 turun hampir 14% pada kuartal kedua, dan berpotensi untuk mencatat kuartal terburuk sejak Q1-2020, awal mula pandemi menghantam pasar keuangan AS. "Rebound dari posisi terendah pasar bearish adalah perubahan yang disambut baik, meskipun pertumbuhan ekonomi yang melambat dan kurangnya kapitulasi di antara investor membuat banyak investor skeptis terhadap ketahanan pemulihan," kata Mark Hackett, kepala riset investasi Nationwide. Equity World | Gagal Pertahankan Reli Pekan Lalu, Wall Street Dibuka Melemah
Equity World | Bursa saham AS dibuka melemah pada perdagangan Senin (27/6) pagi waktu New York setelah rebound besar terjadi pekan lalu pasca penurunan tajam tahun ini di pasar modal. Alhasil, kinerja saat ini membuat Wall Street bersiap untuk mengakhiri paruh pertama terburuk di pasar saham dalam beberapa dekade. Equity World | Harga Emas Anjlok di Tengah Kekhawatiran Resesi Meski demikian, ketika awal bel perdagangan dibuka, tiga indeks utama Wall Street sempat naik sesaat. Dow Jones Industrial Average (DJIA) sempat dibuka naik 0,07%, S&P 500 naik 0,1% dan Nasdaq menguat 0,2%. Beberapa saat setelahnya ketiganya malah terjun bebas ke zona merah. DJIA melemah 0,2%, S&P 500 turun sekitar 0,4%, dan Nasdaq ambles 0,8%. Perusahaan yang bergerak di sektor energi memimpin penguatan pasar, dengan Devon, Valero dan Occidental masing-masing naik lebih dari 2%. Saham BioNTech naik hampir 5% setelah perusahaan pembuat obat tersebut mengatakan booster Covid-19 berbasis Omicron menghasilkan respons kekebalan yang lebih baik terhadap varian tersebut. Sementara itu, saham Spirit Airlines turun lebih dari 5% setelah perusahaan mengatakan akan menerima tawaran pengambilalihan terbaru dari Frontier Group. Pergerakan itu mengikuti comeback besar pekan lalu di mana tiga indeks utama Wall Street tersebut akhirnya membukukan minggu positif pertama sejak Mei. Dow naik 5,4% minggu lalu, S&P 500 melonjak 6,5%, dan Nasdaq melesat 7,5%. Di tengah tren bearish yang sedang terjadi, S&P 500 naik 7,5% sejak mencapai titik terendah pasar pada pertengahan Juni, meskipun indeks tersebut masih turun 19% dari level tertinggi dan 18% sejak tahun ini. Pelaku pasar terus menilai apakah saham telah menemukan titik terendah, atau hanya rebound sesaat saja dari kondisi oversold. Pasar saham bisa terus mencatatkan kenaikan dalam waktu dekat di minggu ini, karena investor menyeimbangkan kembali kepemilikan mereka untuk akhir kuartal. Sementara itu, volatilitas pasar masih belum berakhir, ahli strategi ekuitas UBS Christopher Swann mengatakan dalam sebuah catatan Senin. "Kekhawatiran yang menyebabkan indeks jatuh ke wilayah pasar bearish pada awal Juni belum hilang-termasuk kekhawatiran atas laju kenaikan suku bunga, ancaman resesi, dan risiko politik," katanya. "Sementara skenario tunggal yang paling mungkin, dalam pandangan kami, akan menampilkan soft landing ekonomi dan stabilisasi pasar, sentimen kemungkinan akan tetap berubah-ubah, dan ini bukan pasar untuk memposisikan satu skenario dengan keyakinan tinggi." Pasar mencoba menahan kenaikan dari reli yang mendorong S&P 500 membukukan persentase pertumbuhan satu hari terbesar dalam dua tahun pada hari Jumat (24/6) pekan lalu. Data ekonomi AS yang lebih lemah dari perkiraan tampaknya menyebabkan investor menilai kembali ekspektasi mereka untuk kecepatan pengetatan kebijakan moneter dari Federal Reserve. Laporan baru-baru ini mengindikasikan bahwa ekonomi AS-dan potensi inflasi-mulai mendingin. Bukti terbaru datang pada hari Jumat ketika University of Michigan merevisi lebih rendah pembacaan ekspektasi inflasi bulan Juni selama lima hingga 10 tahun ke depan-menjadi 3,1% dari semula 3,3%. Sebelumnya, bursa saham berjangka AS telah mencatat kenaikan yang lebih besar di awal sesi perdagangan, tetapi kenaikannya terpangkas setelah data menunjukkan bahwa pesanan barang tahan lama (durable-goods) untuk bulan Mei telah meningkat lebih dari yang diharapkan. Equity World | Harga Emas Naik Pagi Ini, Semoga Tahan Lama Ya...
Equity World | -Harga emas membaik setelah dolar Amerika Serikat (AS) ambruk. Pada perdagangan Senin (27/6/2022) pukul 06:10 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.833,8 per troy ons. Menguat 0,42%. Equity World | Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga Mereda, Wall Street Ditutup Melonjak Harga tersebut adalah yang tertinggi sejak 20 Juni lalu atau dalam sepekan terakhir. Pada perdagangan Jumat pekan lalu, harga emas juga menguat 0,21% Dalam sepekan, harga emas masih melemah 0,2% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas juga menyusut 1,1% sementara dalam setahun masih menguat 3,1%. Daniel Ghali dari TD Securities mengatakan penguatan emas tidak bisa dilepaskan dari melemahnya dolar AS. Penguatan emas juga didorong kekhawatiran terjadinya resesi di AS. "Ada banyak perpaduan kekuatan yang mempengaruhi pergerakan emas. Ada risiko resesi dan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang mendorong pergerakan emas. Di sisi lain, komitmen The Fed untuk memerangi inflasi membuat emas melemah," tutur Daniel, kepada Reuters. Pada Minggu (26/6/2022), dollar index ada di posisi 104,01 atau terendah 9 Juni lalu atau dua pekan lebih. "Kami memperkirakan emas berpotensi merangkak naik pada semester kedua tahun ini, harganya mungkin bisa menembus US$ 1.900," tulis Carsten Fritsch dari Commerzbank. Meski demikian, Suki Cooper dari Standard Chartered mengingatkan harga emas ke depan masih akan sangat tertekan oleh kenaikan yield obligasi AS. Yield diperkirakan akan meningkat sejalan makin agresifnya kebijakan The Fed. Yield yang naik akan berdampak buruk ke emas karena logam mulia tidak menawarkan imbal hasil. "Kekhawatiran inflasi mencegah harga emas jatuh lebih dalam dari posisi saat ini. Kami memperkirakan harga emas akan bergerak mengikuti pergerakan yield sepanjang tahun ini," tutur Suki. Equity World | Wall Street Ditutup Menguat, Nasdaq Naik 179 Poin
Equity World | Bursa saham AS, Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Kamis waktu setempat. Wall Street mendapat sentimen positif oleh kinerja yang kuat dari saham pertahanan dan teknologi yang melebihi penurunan dari sektor yang sensitif terhadap potensi resesi ekonomi. Equity World | Wall Street Melambung, Indeks Nasdaq Pimpin Penguatan Dow Jones Industrial Average (DJI) naik 194,23 poin, atau 0,64%, menjadi 30.677,36. S&P 500 (SPX) naik 35,84 poin, atau 0,95% menjadi 3.795,73 dan Nasdaq Composite (IXIC) bertambah 179,11 poin, atau 1,62%, menjadi 11.232,19. S&P 500 berayun antara positif dan negatif selama sesi perdagangan, tetapi saham mulai bergerak menuju penutupan pasar. Benchmark Imbal hasil Treasury AS turun ke posisi terendah dalam dua minggu, mendukung teknologi dan saham pertumbuhan sensitif tingkat lainnya. Investor menimbang seberapa jauh saham bisa jatuh setelah indeks awal bulan ini turun lebih dari 20% dari tertinggi sepanjang masa Januari. "Ada sejumlah besar ketidakpastian tentang prospek dan pasar bingung," kata Kepala Investasi Greenwood Capital, Walter Todd, Jumat (24/6/2022). Pada hari kedua bersaksi di depan Kongres, Ketua Bank Sentral AS Jerome Powell mengatakan, komitmen The Fed untuk mengendalikan inflasi setinggi 40 tahun adalah tanpa syarat tetapi juga disertai dengan risiko pengangguran yang lebih tinggi. Aktivitas bisnis AS juga melambat secara signifikan pada bulan Juni karena inflasi yang tinggi dan penurunan kepercayaan konsumen mengurangi permintaan secara keseluruhan, sebuah survei pada hari Kamis menunjukkan. "The Fed ingin melihat segala sesuatunya mulai melambat dan data mulai mencerminkan hal itu," kata Direktur Penelitian Manajemen Kekayaan DA Davidson, James Ragan. Adapun sektor saham pertahanan yang dianggap sebagai taruhan yang lebih aman di masa ekonomi yang sulit adalah sektor S&P 500 dengan kinerja terbaik. Di antara mereka, utilitas (SPLRCU) naik 2,4%, perawatan kesehatan (.SPXHC) naik 2,2% dan real estat (SPLRCR) naik 2%. Sektor teknologi kelas berat (.SPLRCT) naik 1,4%, dengan Microsoft (MSFT.O) naik 2,3% dan Apple (AAPL.O) naik 2,2%. Sektor energi (SPNY) merosot 3,8%, melanjutkan kemunduran baru-baru ini setelah mengungguli pasar untuk sebagian besar tahun 2022. Penurunan Exxon Mobil (XOM.N) dan Chevron (CVX.N) adalah hambatan individu terbesar pada S&P 500 , dengan Exxon turun 3% dan Chevron turun 3,7%. Sektor ekonomi sensitif lainnya juga jatuh. Bahan baku (SPLRCM) kehilangan 1,4%, sementara industri (.SPLRCI) dan keuangan (SPSY) masing-masing turun sekitar 0,5%. Isu-isu yang maju melebihi jumlah yang menurun di NYSE dengan rasio 1,41 banding-1; di Nasdaq, rasio 1,67 banding 1 disukai oleh para advancers. |
AuthorPT. Equityworld Futures merupakan salah satu anggota Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) yang resmi berdiri pada tahun 2005. |