Equity World | Pasar Asia Pasifik Dibuka Mixed Menunggu Data Tiongkok
Equity World | Saham Asia Pasifik dibuka mixed pada Rabu (30/11) menjelang rilis data aktivitas pabrik Tiongkok pada November. Analis memperkirakan akan melihat kontraksi untuk kedua kalinya berturut-turut. Equity World | Saham Pilihan untuk Trading 30 November dan Target Harganya Di Australia, S&P/ ASX 200 memangkas kerugian sebelumnya dan diperdagangkan 0,18% lebih tinggi, setelah melaporkan data inflasi bulanan yang lebih rendah dari perkiraan. Nikkei 225 di Jepang turun 0,42% dan Topix tergelincir 0,41%. Kospi Korea Selatan membalikkan kerugian untuk naik 0,45%. Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang bergerak tipis. Fast Retailing Jepang dan produsen kendaraan listrik Xpeng akan merilis laporan keuangan. Gubernur Federal Reserve (Fed) Jerome Powell akan menyampaikan pidato di Brookings Institution pada Rabu. Pada Selasa (29/11) sore, pemerintah Tiongkok mengumumkan langkah-langkah untuk meningkatkan vaksinasi di kalangan lansia menurut pemberitahuan di situs web Komisi Kesehatan Nasional. Indikator ini dipandang penting untuk membuka kembali perekonomian. Tetapi ketika ditanya apakah keresahan atas pembatasan akan mengarah pada pergeseran dalam kebijakan nol kasus Covid-19, para pejabat mengatakan mereka “mengawasi virus dengan cermat saat berkembang dan bermutasi”. Saham CanSino Biologics yang terdaftar di Hong Kong memperpanjang keuntungan di sesi Selasa sore dan naik sebanyak 18%, tak lama setelah pengumuman ini diunggah. Aktivitas Pabrik Tiongkok Diperkirakan Kontraksi Indeks Manajer Pembelian (PMI) manufaktur resmi Tiongkok untuk November diperkirakan akan mencapai 49, di bawah angka 50 poin yang memisahkan pertumbuhan dari kontraksi, menurut analis yang disurvei oleh Reuters. Itu sedikit lebih rendah dari pembacaan 49,2 yang dilaporkan pada Oktober 2022. Pembacaan PMI berurutan dan mewakili perubahan aktivitas bulan ke bulan. Semalam di Amerika Serikat (AS), indeks utama mengakhiri sesi lebih rendah. Nasdaq dan S&P 500 mencatat penurunan hari ketiga. Dow Jones Industrial Average ditutup 3,07 poin, atau 0,01%, lebih tinggi setelah diperdagangkan turun hampir sepanjang hari. Indeks mengakhiri hari di 33.852,53. Sementara itu, Nasdaq Composite ditutup lebih rendah sebesar 0,59%, ditutup pada 10.983,78. S&P 500 tergelincir 0,16% menjadi ditutup pada 3.957,63.
0 Comments
Equity World | Breaking News! IHSG Longsor ke Bawah Level 7.000
Equity World | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami koreksi pada perdagangan pagi ini, Selasa (29/11/2022). Equity World | Amerika dan China Bikin Harga Emas Goyang! IHSG dibuka merah tipis di 7.017,31 tetapi lanjut naik 0,13% ke 7.026,43 pada 09.13 WIB. Meskipun demikian tercatat pada pukul 10:00 WIB IHSG sudah kembali ke zona merah setelah longsor 0,28% ke level 6.977,24 dan resmi turun ke bawah level psikologis 7.000. Aksi protes besar-besaran di China terkait kebijakanzero Covidmasih menjadi perhatian para pelaku pasar pagi ini. Awal mula, terjadinya kebakaran yang mematikan pada Kamis pekan lalu di Urumqi yang menewaskan 10 orang. Sehingga banyak warga yang menyalahkan penguncian Covid-19 karena telah menghambat upaya penyelamatan meski pihak berwenang menyangkal klaim tersebut. Kemudian, hal tersebut memicu aksi protes yang mulai digelar pada Minggu (27/11/2022), di mana ratusan orang turun ke jalan-jalan di kota-kota besar negara Panda tersebut. Bahkan, Wall Street Journalpun melaporkan bahwa para pendemo juga menuntut Sang Penguasa, Xi Jinping turun. Strategi China menekan kasus Covid-19 saat ini memicu frustrasi publik.AFPmenulis, bagaimana banyak warga lelah dengan penguncian cepat, karantina yang lama, dan kampanye pengujian massal. Dari jalan-jalan di beberapa kota China hingga lusinan kampus universitas, pengunjuk rasa menunjukkan ketidaktaatan sipil yang belum pernah terjadi sebelumnya sejak pemimpin Xi Jinping mengambil alih kekuasaan satu dekade lalu. Kondisi pandemi Covid-19 yang kembali mengkhawatirkan membuat pemerintah China terus memberlakukan kebijakanZero Covid. Per Sabtu lalu, China melaporkan 39.791 infeksi Covid-19 baru, di mana 3.709 di antaranya bergejala dan 36.082 tidak menunjukkan gejala. Rekor tersebut bahkan belum termasuk angka infeksi impor, dimana China melaporkan 39.506 kasus lokal baru, 3.648 di antaranya bergejala dan 35.858 tidak bergejala, naik dari 34.909 sehari sebelumnya. Aksi tersebut memicu kekhawatiran bahwa ketegangan akan berdampak kepada ekonomi China. Maklum saja, China merupakanmesin utama pertumbuhan ekonomi dunia dengan kontribusi mencapai 18,6% terhadap produk domestik bruto (PDB) global pada 2021 yang sebesar USD 96,3 triliun-mengalahkan Amerika Serikat.Ini membuat kesehatan ekonomi negeri Tirai Bambu itu menjadi penting bagi seluruh negara di dunia. Dengan ukuranporsi PDB segitu, tak heran perlambatan ekonominya akan memperlambat perekonomian seluruh negara. Salah satunya, perlambatan ekonomi China akan memiliki dampak yang signifikan terhadap perekonomian partner dagang utama mereka yakni AS. Potensi permintaan ekspor di AS akan melambat dan sebaliknya.Ini memukul permintaan industri utama AS seperti, pesawat terbang, otomotif, hingga makanan, sehingga dapat menjadikan defisit perdagangan AS semakin besar. Selain sektor riil, perlambatan ekonomi China juga mempengaruhi pasar obligasi AS, dimana ini mengurangi peluang pemerintah AS untuk dapat menerbitkan utang baru. China adalah investor kedua terbesar pada surat utang pemerintah AS, dimana perlambatan ekonominya membuat kemampuan atau permintaan terhadap surat utang AS juga turun. Equity World | Banjir Sentimen Pekan Ini, IHSG Bisa Tembus Level 7.100?
Equity World | Pasar keuangan Tanah Air bergerak beragam pekan lalu. Indeks Harga Saham Gabungan melemah, sementara nilai tukar rupiah sukses menguat di hadapan dolar Amerika Serikat (AS). Equity World | Dibuka Turun Tipis, IHSG Terus Melemah Pada pekan ini, banyaknya rilis data ekonomi dari dalam negeri maupun luar negeri, yang patut dicermati investor, yang akan dibahas pada halaman 3. Pada perdagangan Jumat (25/11), IHSG berakhir di zona merah, melemah 0,39% ke 7.053,15. Asing pun kembali melepas kepemilikan sahamnya di dalam negeri. Asing net sell Rp 233 miliar. Namun, di sepanjang pekan lalu asing masih terpantau melakukan aksi beli (net buy) hampir Rp 1 triliun. Dalam lima hari perdagangan terakhir, IHSG hanya menguat 2x dan sisanya mengalami koreksi. Indeks masih terjebak dalam pola sideways di rentang 7.000-7.100. IHSG terkoreksi 0,41% di sepanjang pekan lalu. Rilis risalah pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang mengindikasikan berkurangnya magtitude kenaikan suku bunga acuan yang lebih kecil, tidak mampu menjadi motor penggerak IHSG ke atas 7.100. Meski IHSG sideways sejak akhir Oktober 2022, tetapi kinerja pasar saham domestik masih tetap unggul dibandingkan dengan bursa saham negara lain. Sepanjang tahun ini, IHSG masih memberikan return sebesar 7,17% dan menjadi peringkat 1 di Asia Pasifik serta peringkat 4 di dunia. Sebenarnya selain risiko pengetatan kebijakan moneter AS, dunia juga tengah menghadapi ancaman lain yaitu reflasi. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengungkapkan, adanya 5 hal yang mencirikan gejolak perekonomian tahun ini maupun tahun depan. Gejolak ini akan membuat kondisi ekonomi global masih dalam kondisi pemburukan. Menurutnya, ada beberapa tanda mulai dari melambatnya pertumbuhan ekonomi global dan bahkan ada risiko sejumlah negara resesi. Ekonomi dunia diperkirakannya tahun tahun ini tumbuh 3% dan akan turun menjadi 2,6% pada 2023. Hal yang kedua adalah inflasi yang tinggi. Tahun ini inflasi dunia menurutnya akan menyentuh 9,2%. Di Amerika Serikat sudah mendekati 8,8%, Eropa 10% dan di Inggris sudah mendekati 11%. Yang ketiga adalah hal yang disebutnya higher interest for longer. Artinya akan terjadi kondisi suku bunga yang tinggi dan akan berlangsung lama. Adapun kondisi keempat adalah terus menguatnya mata uang dolar atau strong dolar. Beberapa hari terakhir indeks dolar terhadap mata uang utama atau dxy kata dia pernah mencapai 114. Secara tahun berjalan itu telah menguat hampir 25%. Kondisi kelima adalah terjadinya fenomena cash is the king. Ini karena risiko investasi di portfolio sangat tinggi sehingga persepsi di investor saat ini adalah lebih baik menarik dana investasinya dari negara emerging market ke negara maju. Dengan kondisi yang kurang kondusif, wajar bila pergerakan harga aset keuangan masih tertahan. Investor cenderung bermain aman ketimbang mengambil risiko. Di luar Asia, mayoritas pasar ekuitas sukses melesat di sepanjang pekan lalu. Indeks acuan S&P 500 lompat 1,53% dan Nasdaq Composite naik 0,72%, kemudian FTSE 100 dan DAX Jerman masing-masing naik 1,37% dan 0,64%. Berbeda nasib dengan IHSG, rupiah sukses menguat terhadap dolar AS di sepanjang pekan lalu. Melansir Refinitiv, Mata Uang Garuda terapresiasi tipis 0,1% ke Rp 15.670/US$. Dalam lima hari perdagangan, rupiah sukses menguat selama tiga hari beruntun. Penguatan rupiah terjadi seiring dengan terkoreksinya indeks dolar AS di pasar spot sebanyak hampir 1%. Pelemahan indeks dolar AS menyusul rilis risalah rapat Komite Pengambil Kebijakan Bank Sentral AS (FOMC) yang menyiratkan peningkatan suku bunga acuan yang lebih rendah ke depan. Beberapa analis memprediksikan bahwa dolar AS akan melemah dalam waktu yang lama. "Kami masih memiliki sentimen risiko positif hari ketiga berturut-turut... Saya pikir itu membuat dolar AS tetap lemah secara keseluruhan," kata Ray Attrill, kepala strategi FX di National Australia Bank dikutipReuters. Hal serupa juga diungkapkan oleh analis UBS Paul Donovan bahwa dolar AS diprediksikan akan tertekan sedikit lebih lama. Namun, adanya tekanan outflows di pasar keuangan masih menghantui rupiah, sehingga penguatannya pun terbatas pekan lalu. Bank Indonesia (BI) mencatat sejak awal tahun ini, asing jual neto SBN sebesar Rp 166 triliun dan beli neto saham Rp 75 triliun. Artinya secara neto, asing keluar dari pasar keuangan RI sebesar Rp 91 triliun. Dengan nilai yang fantastis tersebut wajar saja jika nilai tukar rupiah masih dibayangi oleh pelemahan sepanjang tahun ini. Equity World | Bye-Bye Dolar! Harga Emas Makin Bersinar
Equity World | Emas terus bersinar sejalan dengan sinyal pelonggaran kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Rencana sanksi baru dari Uni Eropa juga semakin membuat emas bersinar. Equity World | Bursa Asia Bergerak Mixed di Pagi Ini (25/11), Investor Cenderung Hati-Hati Pada perdagangan Jumat (25/11/2022) pukul 06:42 WIB, harga emas dunia di pasar spot berada di US$ 1.756,02 per troy ons. Harga emas menguat tipis 0,06%. Penguatan hari ini semakin memantapkan kinerja positif sang logam mulia yang sudah menguat sejak Selasa pekan lalu atau empat perdagangan terakhir. Pada perdagangan Kamis (24/11/2022), harga emas juga menguat 0,32% ke posisi US$ 1.754,96 per troy ons. Dalam sepekan, harga emas sudah menguat 0,36% secara point to point. Dalam sebulan, harga emas juga melonjak 5,5% sementara dalam setahun masih melandai 1,8%. Seperti diketahui, risalah dari pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) November mengisyaratkan bahwa The FEd melihat kemajuan dalam perjuangannya melawan inflasi tinggi dan ingin memperlambat laju kenaikan suku bunga, yang berarti lebih kecil hingga akhir tahun ini hingga 2023. Sinyal pelonggaran kebijakan The Fed membuat dolar AS yang selama ini menjadi "musuh" emas terpuruk. Indeks dolar kemarin ditutup melemah 0,09% pada posisi 105,86. Posisi tersebut adalah yang terendah sejak 12 Agustus 2022. "Investor kini berekspektasi pada jalur pelonggaran kini semakin dekat. Ini menjadi katalis positif bagi pergerakan emas," tutur analis dari Kinesis Money, Carlo Alberto De Casa, dikutip dari Reuters. Kenaikan emas juga ditopang kembali memanasnya perang Rusia-Ukraina. Emas merupakan aset aman yang dicari saat kondisi geopolitik memanas. Seperti diketahui, Ketua Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Uni Eropa (UE) tengah mempersiapkan paket sanksi kesembilan terhadap Rusia sebagai tanggapan atas serangan Moskow terhadap Ukraina. Namun, Von der Leyen tidak memberikan perincian lebih banyak mengenai isi paket sanksi tersebut "Kami bekerja keras memukul Rusia secara menyakitkan untuk menumpulkan lebih jauh lagi kemampuannya mengobarkan perang di Ukraina dan saya mengumumkan hari ini kami bekerja dengan kecepatan penuh pada paket sanksi kesembilan," kata von der Leyen dalam konferensi pers selama kunjungan ke Finlandia, Kamis (24/11/2022). Von der Leyen menegaskan jika Uni Eropa tidak akan berhenti memberi sanksi sampai Rusia kalah. Equity World | Ada "Kejutan" dari The Fed Bikin Wall Street Happy, IHSG?
Equity World | Pasar keuangan Tanah Air akhirnya mampu mencatatkan kinerja menggembirakan perdagangan kemarin. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir di zona hijau, rupiah ikut sukses menguat 2 hari beruntun, dan investor semakin tertarik dengan obligasi pemerintah RI. Mampukah pasar keuangan melanjutkan kinerja ciamiknya? Equity World | Bursa Asia Kompak Menguat di Pagi Ini (24/11), Simak Sentimen yang Menopangnya IHSG berakhir di zona hijau dengan apresiasi 0,33% atau 23,54 poin, ke 7.054,12. Sejak perdagangan dibuka indeks sudah terpantau naik dan terus konsisten menguat hingga penutupan perdagangan. Indeks Tanah Air nyatanya mendapat katalis positif dari bursa saham Amerika Serikat (AS) yang ditutup melesat. Dow Jones Industrial Average ditutup 397,82 poin, atau 1,18%, S&P 500 naik 1,36% menjadi 4.003,58, ini merupakan penutupan pertama di atas level 4.000 sejak September. Sementara, Nasdaq Composite juga naik 1,36% menjadi 11.174,41. Penguatan IHSG hari ini membawanya naik 0,57% sepekan, naik 0,14% sebulan, namun melemah 1,95% dalam 3 bulan terakhir. Tekanan ekonomi global masih saja menjadi pemicunya dan ternyata belum benar-benar beranjak dari pasar keuangan. Nilai transaksi IHSG kemarin cukup ramai yakni mencapai Rp 11,37 triliun dan melibatkan 24,45 miliar saham dan berpindah tangan 1,18 juta kali. Investor asing juga tercatat melakukan aksi beli bersih (net buy) senilai Rp 532,38 miliar di pasar reguler. Sementara itu, mayoritas saham terpantau masih mengalami penurunan. Statistik perdagangan mencatat ada 255 saham yang mengalami penurunan dan 249 saham yang naik, serta sisanya sebanyak 199 saham stagnan. Sementara sektor penopang penguatan IHSG dipimpin oleh saham-saham energi, kemudian diikuti dengan utilitas, finansial, industri, konsumer non-primer, healthcare, real estate dan basic materials. Kemarin, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi saham yang paling besar nilai transaksinya, yakni mencapai Rp 762,9 miliar. Sedangkan saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) menyusul di posisi kedua dengan nilai transaksi mencapai Rp 691,5 miliar dan saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) di posisi ketiga sebesar Rp 494,1 miliar. Selanjutnya, Mata uang Garuda akhirnya menguat melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (23/11/2022), meski sempat melemahpada pertengahan perdagangan. Dengan begitu, rupiah berhasil menguat selama dua hari beruntun, meski tipis saja. Mengacu pada data Refinitiv, pada pembukaan perdagangan rupiah terapresiasi 0,1% ke Rp 15.680/US$. Di pertengahan perdagangan, rupiah sempat berbalik arah dan terkoreksi tipis 0,03% ke Rp 15.700/US$. Namun, rupiah akhirnya sukses ditutup menguat 0,06% ke Rp 15.685/US$. Banyaknya kabar baik dari dalam negeri, turut menopang laju Mata Uang Garuda. Salah satunya yakni, mayoritas investor ramai memburu Surat Berharga Negara (SBN) yang ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di hampir seluruh tenor SBN acuan. Hanya SBN tenor 30 tahun yang cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan naiknya yield. Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 30 tahun naik 2,2 basis poin ke posisi 7,508% pada perdagangan hari ini.Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) kembali menurun 4,5 bp menjadi 7,029%. Terakhir, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup menguat pada perdagangan Rabu (23/11/2022), menandakan bahwa investor semakin tertarik dengan obligasi pemerintah RI. Investor ramai memburu SBN yang ditandai dengan turunnya imbal hasil (yield) di seluruh tenor SBN acuan. Melansir data dari Refinitiv, SBN tenor 5 tahun menjadi yang paling besar penurunan yield-nya pada hari ini, yakni merosot 16,5 basis poin (bp) ke posisi 6,559%. Sedangkan, SBN berjangka waktu 30 tahun menjadi yang paling kecil penurunanyield-nya, yakni turun 4,6 bp menjadi 7,462%. Sementara untuk yield SBN berjatuh tempo 10 tahun yang merupakan SBN acuan (benchmark) kembali menurun 8,3 bp menjadi 6,946%. |
AuthorPT. Equityworld Futures merupakan salah satu anggota Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) yang resmi berdiri pada tahun 2005. |