PT Equity World | Wall Street kembali melemah tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB). Ini karena aksi jual berlanjut di akhir sesi setelah investor mempertimbangkan apakah ekuitas sudah relatif rendah untuk kembali masuk pasar setelah Nasdaq jatuh ke wilayah koreksi.
Dikutip dari Antara, Jumat, 21 Januari 2022, indeks Dow Jones Industrial Average terpuruk 313,26 poin atau 0,89 persen, menjadi 34.715,39. Indeks S&P 500 berkurang 50,03 poin atau 1,10 persen menjadi 4.482,73. Indeks Komposit Nasdaq jatuh 186,23 poin atau 1,30 persen menjadi 14.154,02. Harga Emas Tertekan Kenaikan Dollar AS | PT Equity World Sepuluh dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona warna merah, dengan sektor consumer discretionary dan material masing-masing merosot 1,94 persen dan 1,43 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor utilitas menguat 0,14 persen, merupakan satu-satunya kelompok yang memperoleh keuntungan. Saham-saham telah memulai dengan awal yang sulit pada tahun ini, karena kenaikan cepat dalam imbal hasil obligasi pemerintah di tengah kekhawatiran Federal Reserve akan menjadi agresif dalam mengendalikan inflasi terutama memukul saham teknologi dan pertumbuhan. Indeks S&P 500 telah turun hampir 6,0 persen sepanjang tahun ini. "Valuasi tinggi, suku bunga naik, prospeknya suram -ada lebih banyak yang perlu dikhawatirkan sekarang daripada beberapa bulan lalu," ujar Presiden Chase Investment Counsel Peter Tuz. Data pada Kamis, 20 Januari 2022, menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran secara tak terduga naik minggu lalu, kemungkinan karena gelombang musim dingin infeksi covid-19 mengganggu aktivitas bisnis. Sekitar 11,9 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, dibandingkan dengan rata-rata harian 10,1 miliar selama 20 sesi terakhir.
0 Comments
PT Equity World | Pasar saham di kawasan Asia-Pasifik pada Rabu pagi (19/1/2022) dibuka anjlok, mengikuti aksi jual (sell off) semalam di Wall Street.
Nikkei 225 di Jepang turun 1,42% pada awal perdagangan sementara indeks Topix lebih rendah 1,22%. Bursa Saham Asia Merosot Tertular Wall Street | PT Equity World Saham Korea Selatan juga berjuang karena Kospi turun 0,31% dan Kosdaq, lebih rendah 0,4%. Di Australia, ASX 200 turun 0,82% karena sebagian besar sektor diperdagangkan lebih rendah. Subindeks keuangan yang sangat tertimbang turun 1,3% karena nama-nama bank utama negara itu dijual. "Pasar ekuitas turun sementara stok minyak naik semalam, karena pasar memperkirakan bank sentral perlu menaikkan suku bunga lebih cepat untuk mengendalikan inflasi," tulis analis ANZ Research dalam catatan Rabu pagi. Di Amerika Serikat, Dow Jones Industrial Average kehilangan lebih dari 540 poin setelah saham Goldman Sachs dijual karena laporan pendapatan bank investasi itu meleset dari ekspektasi analis. S&P 500 serta Nasdaq Composite, yang terdiri dari saham teknologi yang sensitif terhadap suku bunga, juga turun tajam. Mata Uang dan Minyak Di pasar mata uang, dolar AS terakhir diperdagangkan pada 95,732 melawan sekeranjang rekan-rekannya, naik dari level sebelumnya di sekitar 95,129. Analis ANZ Research mengatakan bahwa lonjakan imbal hasil obligasi AS membebani selera risiko dan memberikan dorongan untuk mata uang cadangan utama dunia. Hasil pada catatan Treasury 10-tahun mencapai 1,87% pada hari Selasa, level tertinggi dalam 2 tahun, setelah memulai tahun baru di sekitar 1,5%. Suku bunga 2 tahun, yang mencerminkan ekspektasi suku bunga jangka pendek, mencapai 1% untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Yen Jepang berpindah tangan pada 114,65 per dolar sementara dolar Australia diperdagangkan mendekati datar di $0,7185. Harga minyak mencapai level tertinggi tujuh tahun semalam setelah pemberontak Houthi Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan mematikan di Abu Dhabi awal pekan ini, yang menyebabkan ketegangan baru di wilayah tersebut. Uni Emirat Arab bersumpah untuk membalas mereka. Patokan internasional Brent serta minyak mentah berjangka AS masing-masing naik lebih dari 1% dan 2% karena kedua kontrak minyak mencatat level tertinggi sejak Oktober 2014 di awal sesi. “Permintaan minyak global terus bertahan meskipun ada lonjakan terbaru dalam kasus Covid-19 dari varian omicron yang sangat menular,” Vivek Dhar, analis komoditas pertambangan dan energi di Commonwealth Bank of Australia, mengatakan dalam catatan pagi. Dia menjelaskan bahwa permintaan minyak rentan terhadap Covid-19, khususnya penguncian dan pembatasan terkait Covid, lebih dari komoditas lain karena sekitar dua pertiga konsumsi minyak global terkait dengan mobilitas. “Namun ketakutan memudar bahwa varian omicron akan melumpuhkan konsumsi minyak,” tulisnya, menambahkan bahwa konsumsi bahan bakar jet, misalnya, terus tren lebih tinggi. Pada hari Rabu, selama jam perdagangan Asia, minyak mentah AS naik 1,63% menjadi $86,82 per barel. PT Equity World | Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah kompak melemah pada perdagangan Senin kemarin (17/1/2022), di tengah dirilisnya data ekonomi China dan Indonesia.
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG ditutup melemah 0,72% ke level 6.645,048. Pada awal perdagangan sesi I, IHSG sempat menguat dan menyentuh level tertinggi hariannya pada 6.711,822 pukul 09:00 WIB. Harga Emas Naik Tipis Pada Perdagangan Selasa (18/1) Pagi | PT Equity World Namun, penguatan IHSG tak berlangsung lama. Selang beberapa menit setelah dibuka, IHSG langsung berbalik arah ke zona merah hingga penutupan perdagangan kemarin. Data perdagangan mencatat nilai transaksi IHSG pada kemarin hanya mencapai Rp 9,8 triliun. Sebanyak 203 saham menguat, 340 saham melemah, dan 137 saham mendatar. Meski nilai transaksi kembali menurun, tetapi investor asing masih melakukan aksi beli bersih (net buy) sebesar Rp 284 miliar di pasar reguler. Koreksi IHSG terjadi di tengah pergerakan variatif bursa utama Asia, di mana indeks KOSPI Korea Selatan memimpin koreksi sebesar 1,09%. Sebaliknya, Nikkei Jepang memimpin reli sebesar 0,74%. Pelaku pasar di Asia bereaksi beragam terhadap rilis data Produk Domestik Bruto (PDB) China yang per kuartal IV-2021 tumbuh 4%, atau lebih baik dari ekspektasi pasar dalam polling Reuters yang memprediksi pertumbuhan sebesar 3,6% secara tahunan. Meski demikian, capaian kuartal terakhir tahun lalu itu masih terhitung melambat dibandingkan dengan pertumbuhan PDB kuartal III-2021 yang naik 4,9% (secara tahunan). Di sisi lain, penjualan ritel Desember hanya tumbuh 1,7% atau jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,7%. Sementara itu dari dalam negeri, ada rilis data ekonomi berupa neraca dagang Indonesia bulan Desember 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS). Ekspor Indonesia pada Desember 2021 tercatat tumbuh 35,3% secara tahunan (year-on-year/YoY) dan impor naik 47,93% (YoY), sehingga neraca dagang mencatatkan surplus sebesar US$ 1,02 miliar. Ketiga indikator di atas meleset dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia dengan perkiraan ekspor serta impor tumbuh di 40,3% (YoY) dan 39,7% (YoY), di mana neraca dagang diperkirakan surplus US$ 3,05 miliar. Sementara, rupiah ditutup melemah 20 poin atau 0,14% menjadi Rp 14.315/US$ pada Senin kemarin, dari penutupan perdagangan Jumat pekan lalu. Adapun, harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) kembali ditutup variatif kemarin, karena investor merespons beragam sentimen dari sejumlah data ekonomi, termasuk pertumbuhan ekonomi China pada kuartal IV-2021. Sikap investor di pasar obligasi pemerintah kembali beragam, di mana pada SBN bertenor satu tahun, lima tahun, 10 tahun, dan 20 tahun ramai diburu oleh investor, ditandai oleh menguatnya harga dan turunnya imbal hasil (yield). Sebaliknya, SBN dengan jatuh tempo tiga tahun, 15 tahun, 25 tahun, dan 30 tahun cenderung dilepas oleh investor. Hal ini ditandai oleh melemahnya harga dan kenaikan yield. PT Equity World | Rekomendasi Mingguan Emas 17 – 21 Januari 2022: Outlook Harga yang Lebih Baik?1/17/2022 PT Equity World | Setelah sempat turun ke bawah $1,800 di sekitar $1,792 harga emas mengalami kenaikan karena melemahnya dollar AS dan mencapai ketinggiannya di $1,830 dengan meningkatnya keengganan terhadap resiko di pasar, kekuatiran terhadap inflasi, ketidakpastian bank sentral dan Korea Utara yang mengadakan uji coba nuklirnya, sebelum akhirnya terkoreksi normal, kembali turun ke $1,816 per troy ons.
Outlook harga emas kelihatannya semakin baik memasuki minggu ketiga dari tahun yang baru. Dasarnya adalah ada konskwensi dari potensi kesalahan kebijakan moneter dengan Federal Reserve menjadi semakin hawkish ditengah data inflasi yang terbaru. Emas belum berhasil menembus resistance ketinggiannya belakangan ini, namun ke depannya outlook harga emas cukup bagus. Indeks Dow Ditutup Melemah Imbas Kinerja Keuangan Emiten Perbankan Loyo | PT Equity World Ancaman inflasi akhirnya mendorong naik emas dengan para investor memperkirakan tekanan harga akan terus naik. Emas berjangka kontrak bulan Februari di Comex terakhir diperdagangkan di $1,816.90, naik lebih dari 1% dalam seminggu. Dua data kunci yang membuat pasar berada pada sentimen yang “risk-off adalah inflasi dan penjualan ritel. Di AS, pada bulan Desember, inflasi berlari dengan kecepatan terpanas sejak tahun 1982. Naik 7% selama 12 bulan terakhir. Sementara, penjualan ritel turun paling banyak di dalam 10 bulan terakhir, jatuh ke 1.9%. Selain inflasi, harga emas juga akan digerakkan oleh dollar AS dan yields obligasi AS. Dolar AS sedang mengalami tekanan jual yang berat sehingga memberikan ruang bagi kenaikan harga emas. Sementara yields obligasi AS baru saja menghentikan kenaikannya karena sudah mencapai rekor ketinggiannya. Investor emas sedang memperhatikan kemana dollar AS akan bergerak. Setelah sempat naik dari 95.63 ke 96.13 karena risalah pertemuan FOMC AS yang hawkish, minggu ini dollar AS kembali tertekan. Pada hari Rabu, munculnya angka CPI AS yang naik ke 7% sesuai dengan yang diperkirakan, telah memicu tekanan jual yang kuat atas dollar AS. Indeks dollar AS turun 0.6% ke 95.00 dan pada minggu ini indeks dollar AS kembali ditutup di teritori negatip memperpanjang penurunan ke kerendahan selama dua bulan yang baru di 94.60, meskipun demikian, sempat meredanya minat terhadap resiko pada akhir hari Jumat minggu lalu, berhasil menaikkan indeks dollar AS sedikit ke 94.80. Pulihnya Eropa bersamaan dengan menguatnya euro bisa memainkan peranan yang kritikal dalam menentukan arah dari dollar AS. Pemulihan ekonomi global bisa memberikan banyak potensi pertumbuhan ekonomi Eropa yang bisa melemahkan dollar AS. Cerita mengenai pertumbuhan ekonomi euro tertunda dari 2021 ke 2022. Setelah kenaikan tingkat bunga yang akan dilakukan pada bulan Maret, maka akan dilanjutkan dengan kenaikan tingkat bunga pada bulan Juni, bersamaan dengan pengurangan neraca. Disinilah bisa terjadi potensi kesalahan kebijakan dan akan berdampak terhadap ekonomi. Satu hal yang tidak bisa dikendalikan adalah resikonya terhadap ekonomi AS. Kebijakan the Fed ini bisa membuat kurva pemulihan ekonomi menjadi terbalik satu atau dua tahun ke depan. Semua resiko ini semakin meningkat dengan berjalannya waktu. Tahun lalu, the Fed mengatakan bahwa mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi yang baik dengan kenaikan tingkat bunga yang perlahan-lahan. Namun yang terjadi adalah naiknya inflasi ke 7% dan pengetatan kebijakan ekonomi yang agresif. Kemungkinan terjadinya kesalahan dalam memutuskan kebijakan moneter AS ini bisa menjadi faktor yang positip bagi metal berharga emas. Saham bisa jadi akan membantu naiknya harga emas pada minggu ini. Ada hubungan yang tidak biasanya antara emas dengan saham di dalam perdagangan sejak terjadinya Covid. Perdagangan di masa Covid biasanya menekan harga saham dan juga harga emas. Minggu ini harga saham bisa mengalami kenaikan yang akan berdampak positip terhadap harga emas. Setelah terus berada pada sentimen yang “risk-on”, namun pada akhir minggu minat terhadap resiko berkurang sehingga menekan turun indeks saham utama AS di bursa Wall Street, ditambah dengan buruknya performance dari information-technology yang digeneralisir secara luas. Dow Jones turun 0.49% 36.113,62 S&P 500 turun 0.62% ke 4,623.75 Nasdaq turun 2,57% ke 15.495,62 Minggu ini, sentiment “risk-on” bisa kembali muncul setelah koreksi normal pada hari terakhir dari minggu lalu. Sejalan dengan bursa Wall Street, bursa regional Asia juga ditutup di teritori negatip dengan pasar ketakutan akan dua hal. Pertama, tindakan the Fed yang akan menghentikan bantuan dan kedua merebaknya Omicron yang mencapai rekor tertinggi dari Covid – 19. Hang seng turun 0,19% ke 24.383,32 Nikkei turun 1,28% ke 28.124,28 Kospi turun 1.36% ke 2.921,92 Tindakan the Fed yang akan menghentikan bantuan telah diperhitungkan di dalam harga sehingga bisa berbalik memicu kembalinya sentimen “risk-on” di pasar saham, sementara merebaknya Omicron kemungkinan tidak dianggap berbahaya bagi pasar dengan pandangan: “Omicron, meskipun semakin banyak yang tertular, namun tidak membahayakan dan justru menjadi muncul antibody yang lebih kuat dari vaksin manapun. Bagi Amerika Serikat, minggu ini menjadi minggu yang pendek dengan pasar tutup pada hari Senin karena liburan hari Martin Luther King. Data makro ekonomi yang keluar tidak banyak diperhatikan pasar kecuali klaim pengangguran yang akan keluar pada hari Kamis. Pasar memperkirakan klaim pengangguran akan turun ke 221.000 dari minggu sebelumnya di 230.000. Selain itu data yang akan keluar adalah data perumahan termasuk Building Permits dan Housing Starts pada hari Rabu. Building Permits di perkirakan tidak berubah di 1.71 juta. Sementara Housing Starts diperkirakan sedikit turun dari 1.68 juta ke 1.65 juta. Data lainnya adalah data mengenai manufaktur, antara lain N.Y. Empire State manufacturing index pada hari Selasa yang diperkirakan turun dari 31.9 ke 25.0 dan Philadelphia Fed manufacturing index pada hari Kamis yang diperkirakan naik dari 15.4 ke 19.9. Minggu lalu emas telah berjuang di sekitar level $1,830 karena pertarungan antara naiknya inflasi dengan naiknya yields treasury AS. Minggu ini, jika yields obligasi AS tidak berhasil naik, emas akan bisa naik antara $50 – $70. Jika emas bisa menembus resistance kuat di $1,833 dan kemudian bertahan di $1,840, maka emas bisa mengalami momentum bullishnya kembali. “Support” terdekat menunggu di $1,811 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,800 dan kemudian $1,781. “Resistance” terdekat menunggu di $1,825 yang apabila berhasil dilewati akan lanjut ke $1,833 dan kemudian $1,850. |
AuthorPT. Equityworld Futures merupakan salah satu anggota Bursa Berjangka Jakarta (Jakarta Futures Exchange) yang resmi berdiri pada tahun 2005. |